Oleh: Nurul Mahmudah
PENDAHULUAN
Tujuan utama pendidikan dalam Islam adalah membentuk generasi Insan Kamil, yaitu individu yang mencapai kesempurnaan dalam akhlak, ilmu pengetahuan, dan keimanan. Untuk mencapai hal ini, trilogi hubungan kerja sama antara orangtua, guru, dan anak sangat penting. Orangtua, sebagai pengasuh utama, guru sebagai pembimbing di sekolah, dan anak sebagai subjek pembelajaran, harus bekerja sama secara sinergis untuk mencapai tujuan bersama. Masgono (2010) menyatakan tujuan utama pendidikan dalam Islam adalah mencari ridha Allah swt. Dengan pendidikan, diharapkan akan lahir individu-individu yang baik, bermoral, berkualitas, sehingga bermanfaat kepada dirinya, keluarganya, masyarakatnya, negaranya dan umat manusia secara keseluruhan. Disebabkan manusia merupakan fokus utama pendidikan, maka seyogianyalah institusi-institusi pendidikan memfokuskan kepada substansi kemanusiaan, membuat sistem yang mendukung kepada terbentuknya manusia yang baik, yang menjadi tujuan utama dalam pendidikan.
Tujuan utama pendidikan tersebut tidak akan terwujud dengan sendirinya tanpa adanya sebuah hubungan kerja sama diantara pihak-pihak terkait, yakni orang tua, guru dan anak yang masing-masing memiliki peran penting. Pengertian kerja sama dalam Wikipedia dinyatakan bahwa Kerja sama adalah suatu usaha bersama antara individu atau kelompok sosial untuk mencapai tujuan bersama. Kerja sama dilakukan sejak manusia berinteraksi dengan sesamanya. Kebiasaan dan sikap mau bekerja sama dimulai sejak kanak-kanak, mulai dalam kehidupan keluarga lalu meningkat dalam kelompok sosial yang lebih luas. Kerja sama berawal dari kesamaan orientasi.[1] Dalam kerja sama, tugas-tugas yang dibebankan kepada tiap individu dapat berbeda satu sama lain. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat kita pahami bahwasanya sebuah tujuan yang besar atau utama akan dapat kita wujudkan dengan adanya kerja sama yang sinergi. Selama ini yang terjadi di lapangan, seringnya terjadi kerja sama yang tidak sinergi antara orang tua, guru, dan anak dalam mewujudkan generasi insan kamil. Oleh karena itu, penulis ingin membahas tentang peran masing-masing pihak dalam trilogi ini serta strategi yang dapat diterapkan untuk mewujudkan generasi Insan Kamil.
Peran Orangtua
Orangtua memiliki peran yang sangat penting dalam pembentukan generasi Insan Kamil. Mereka adalah sosok pertama yang memberikan pengajaran dan teladan kepada anak-anak. Dalam Islam, orangtua memiliki tanggung jawab utama dalam mendidik anak-anak mereka. Berikut adalah beberapa peran kunci orangtua dalam trilogi hubungan kerja sama:
Pendidikan Agama: Orangtua harus memberikan pendidikan agama yang kuat kepada anak-anak mereka. Mereka harus mengajarkan nilai-nilai moral dan etika agama Islam serta membimbing anak-anak dalam memahami dan menerapkan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari. Peran orang tua terhadap pendidikan anak khususnya yang ada dalam surat at-tahrim Ayat 6. يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ قُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَٰٓئِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُونَ ٱللَّهَ مَآ أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
Peran orang tua terutama ayah dalam pendidikan keluarga memiliki peranan penting terhadap isteri dan anak-anaknya dengan menanamkan nilai-nilai pendidikan keislaman baik dari pendidikan aqidah, akhlak dan ibadah. Pendidikan Agama Islam diharapkan mampu menghasilkan manusia yang selalu berupaya menyempurnakan iman, takwa, dan berakhlak mulia, akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, atau moral sebagai perwujudan dari pendidikan (Permendiknas No 22 Tahun 2006).
- Teladan: Pada awal pertumbuhannya, anak kecil sangat membutuhkan pembimbing yang selalu mengarahkan akhlak dan prilakunya karena anak belum mampu membina dan menata akhlaknya sendiri. Anak sangat membutuhkan pembinaan dan teladan (Qudwah) yang bisa dijadikan panutan baginya.( 14Ibid., h. 71 dalam Abd. Syahid, Kamaruddin, 2020).
Peran keluarga adalah basis awal pengembangan pendidikan bagi anak. Islam memandang bahwa orang tua memiliki tanggung jawab dalam mengantarkan anak-anaknya untuk bekal kehidupan baik kehidupan duniawi maupun ukhrowi. Dalam keluarga anak adalah orang pertama yang masuk sebagai peserta didik. Oleh karena itu dalam berinteraksi orang tua harus mampu dalam menampilkann dan mencontohkan pola perilaku yang positif, karena orang tua merupan figur yang utama dan dapat menstimulus anak. Terutama dalam etika bicara, bertingkah laku dan sebagainya. Karena anak akan mensugesti, meniru dan mendemonstrasikan apa yang dilihat. Maka orang tua harus menjalankan ajaran agama dengan baik dan benar, yang dimulai dari kehidupn interaksional dalam keluarga(Fatah Yasin, 2008:220-221 dalam Hikmatullah dan Teguh Fachmi, 2020).
Orangtua harus menjadi teladan yang baik bagi anak-anak mereka. Mereka harus menjalankan ajaran agama secara konsisten dalam tindakan dan perilaku sehari-hari. Dengan menjadi teladan yang baik, orangtua dapat menginspirasi anak-anak untuk mengadopsi nilai-nilai agama dan mengembangkan akhlak yang mulia.
- Komunikasi: Orangtua perlu membangun komunikasi yang baik dengan anak-anak mereka. Mereka harus mendengarkan perasaan dan pendapat anak-anak serta memberikan bimbingan yang relevan. Komunikasi yang terbuka dan saling pengertian antara orangtua dan anak sangat penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang sehat. Najelaa (2018), menuturkan kalau kita ingin memperbaiki hubungan dalam mendidik anak, jelas bahwa pilihan komunikasi menjadi penting, termasuk penting juga di awal untuk “memaksakan diri” menggunakan cara yang jarang dipakai, sampai perlahan menjadi kebiasaan baru yang dinikmati.
Zeni, 2017 juga menyatakan bahwa dengan komunikasi yang harmonis antara orang tua dan anak, pendidikan dapat berlangsung dengan baik. Pendidikan umum dan agama. Utamanya pendidikan agama dimana Al-Qur’an dan sunnah sebagai sumber utamanya.
Peran Guru
Tugas seorang guru bukanlah sekedar mentransfer ilmu kepada peserta didik tetapi juga mengarahkan dan membentuk kepribadian yang baik terutamanya kepada guru Pendidikan Agama Islam. Peran seorang guru bukanlah sekedar transfer of knowledge namun yang paling penting adalah transfer of character. (Suyanto dan Asep Jihad,, 2013)
Guru juga memiliki peran yang sangat signifikan dalam trilogi hubungan kerja sama ini. Mereka berada di garis depan dalam memberikan pendidikan formal kepada anak-anak. Berikut adalah beberapa peran kunci guru dalam trilogi hubungan kerja sama:
- Pendidikan Akademik: Guru bertanggung jawab untuk menyampaikan pengetahuan dan mengembangkan keterampilan akademik anak-anak. Mereka harus memberikan pengajaran yang tepat dan relevan, serta menggunakan metode pengajaran yang inovatif dan menarik agar anak-anak dapat memahami dan mengaplikasikan materi dengan baik.
- Pendidikan Agama: Guru memiliki peran penting dalam mengajarkan nilai-nilai agama dan membimbing anak-anak dalam memahami dan mengamalkan ajaran agama. Mereka harus menjadi panutan dan teladan bagi siswa dalam hal keimanan dan akhlak yang baik.
- Kolaborasi dengan Orangtua: Guru perlu melibatkan orangtua dalam proses pembelajaran. Komunikasi yang terbuka dan berkelanjutan dengan orangtua akan membantu guru memahami kebutuhan dan perkembangan anak-anak secara lebih baik. Melalui kolaborasi dengan orangtua, guru dapat menciptakan pengalaman belajar yang holistik dan menyeluruh.
Peran Anak
Shoimah Kastolani (2021) menyatakan bahwa sesungguhnya, peran seorang anak dalam mewujudkan keluarga sakinah, secara umum, memiliki peran yang sama, yaitu belajar menghormati orang tua. Anak mendapatkan hak kasih sayang dari kedua orang tua, yaitu ayah dan ibu. Untuk membalas hak tersebut, ada kewajiban yang harus dipenuhi oleh anak. Bentuk menghormati terhadap orang tua ini dapat berupa berbagai perilaku positif atau adab dalam berkeluarga. Misalnya, sejak kecil, anak dibiasakan taat kepada orang tua karena orang tua pasti menginginkan anaknya dapat bertumbuh kembang dengan baik. Imbal baliknya, ketika orang tua menyuruh dan melarang, hendaknya menggunakan argumentasi yang mendidik. Apabila sudah dibiasakan dengan demikian kemungkinan membantah itu menjadi kecil. Jika ada sedikit protes, anak akan menyertakan alasan yang membuka peluang untuk terjadinya diskusi.
Peran selanjutnya adalah mendengarkan nasihat orang tua. Keluarga merupakan sarana untuk penanaman agama, dan agama itu adalah nasihat (الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ). Nasihat orang tua ini dapat pula berupa saran-saran untuk anak membiasakan memilih yang terbaik. Dengan adanya saran dan argumentasi dari orang tua, anak akan terbiasa berpikir dengan pertimbangan dan terjalin komunikasi harmonis antara orang tua dan anak.
Sehingga, anak sebagai subjek pembelajaran juga memiliki peran aktif dalam trilogi hubungan kerja sama ini. Mereka harus terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran dan berusaha untuk mengembangkan diri mereka secara holistik. Berikut adalah beberapa peran kunci anak dalam trilogi hubungan kerja sama:
- Keterlibatan dan Motivasi: Anak harus memiliki motivasi intrinsik untuk belajar dan mengembangkan diri. Mereka harus aktif mengambil bagian dalam proses pembelajaran, bertanya, berdiskusi, dan mengemukakan pendapat mereka. Dengan keterlibatan yang aktif, anak dapat memaksimalkan potensi mereka dan mencapai keberhasilan akademik dan spiritual.
- Sikap Terbuka dan Adaptabilitas: Anak perlu memiliki sikap terbuka terhadap pembelajaran dan kemajuan. Mereka harus siap untuk menerima umpan balik, mengatasi tantangan, dan belajar dari kegagalan. Kemampuan untuk beradaptasi dan belajar dari pengalaman adalah kunci untuk mencapai pertumbuhan pribadi yang berkelanjutan.
- Menghormati Orangtua dan Guru: Anak harus menghormati peran orangtua dan guru dalam hidup mereka. Mereka harus mendengarkan nasihat dan petunjuk yang diberikan oleh orangtua dan guru, serta menghargai usaha mereka dalam membantu mereka tumbuh dan berkembang.
Strategi Mewujudkan Generasi Insan Kamil
Pandangan mengenai perkembangan anak akan lebih mudah dipahami serta dimengerti ketika interaksi guru dan orang tua dapat berjalan dengan lancar. Bentuk kerjasama yang diterapkan di sekolah menjadi sebuah penghubung adanya jalinan komunikasi yang membentuk kerjasama dengan tujuan pembentukan akhlaqul karimah pada anak. Kerjasama yang dilakukan oleh guru dan juga orang tua bertujuan untuk membangun komunikasi keduanya untuk memantau perkembangan anak. Artinya, orang tua tidak sepenuhnya memberikan tanggung jawab tentang perkembangan anak kepada pihak guru saja, namun juga orang tua dapat membantu pihak guru untuk melanjutkan apa yang telah dipelajari di sekolah untuk diulangi di rumah. Dengan kejasama antara guru dan orang tua juga akan menumbuhkan sikap saling pengertian dan saling mendukung, misalnya tentang bertukar informasi yang diperlukan.
Tujuan dari kerjasama yang dilakukan oleh guru dan juga orang tua adalah untuk memantau perkembangan anak dengan cara menjalin komunikasi yang baik. Guru tidak sepenuhnya bertanggung jawab dalam membentuk al-akhlak al-karimah, namun juga orang tua yang akan menindaklanjuti apa yang telah diajarkan guru di sekolah untuk diterapkan atau dilakukan di rumah.(Vivi, 2022).
Upaya mewujudkan generasi Insan Kamil, trilogi hubungan kerja sama antara orangtua, guru, dan anak harus diperkuat. Berikut adalah beberapa strategi yang dapat diterapkan:
- Komunikasi yang Efektif: Orangtua, guru, dan anak perlu membangun komunikasi yang efektif. Mereka harus saling mendengarkan dengan penuh perhatian, saling berbagi informasi, serta membahas tantangan dan harapan bersama. Komunikasi yang terbuka akan memperkuat pemahaman dan kerjasama antara semua pihak.
- Kolaborasi dan Partisipasi: Orangtua dan guru perlu bekerja secara kolaboratif untuk menciptakan lingkungan belajar yang holistik. Mereka dapat mengadakan pertemuan rutin, diskusi kelompok, atau program kerjasama lainnya untuk memperkuat hubungan dan berbagi pemahaman tentang perkembangan anak.
- Pembelajaran Berbasis Nilai: Penting untuk menyelaraskan pendidikan agama dan akademik. Orangtua, guru, dan anak perlu bekerja sama dalam mendidik anak-anak dengan nilai-nilai agama yang kuat, sambil memberikan pendidikan akademik yang berkualitas. Keseimbangan antara keduanya akan membantu anak-anak mengembangkan akhlak yang baik dan pengetahuan yang mendalam.
- Pemantauan dan Umpan Balik: Orangtua dan guru perlu memantau perkembangan anak secara teratur. Mereka harus memberikan umpan balik yang konstruktif dan memberikan dorongan yang positif untuk memotivasi anak-anak. Pemantauan yang berkelanjutan akan membantu mengidentifikasi kebutuhan dan potensi anak-anak untuk mengoptimalkan pembelajaran mereka.
Penutup
Trilogi hubungan kerja sama antara orangtua, guru, dan anak adalah fondasi penting dalam membentuk generasi Insan Kamil. Dengan peran yang ditentukan dan strategi yang tepat, orangtua, guru, dan anak dapat bekerja sama untuk memastikan pendidikan yang holistik dalam hal agama, akademik, dan perkembangan pribadi. Dalam mewujudkan generasi Insan Kamil, kolaborasi dan komunikasi yang efektif menjadi kunci untuk mencapai tujuan bersama.
DAFTAR PUSTAKA
Abd. Syahid dan Kamaruddin, )PERAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ISLAM PADA ANAKAl-Liqo: Jurnal Pendidikan Islam Vol. V, No. 1, 2020
Ainiyah Nur, Jurnal Al-Ulum Volume. 13 Nomor 1, Juni 2013 Hal 25-38 PEMBENTUKAN KARAKTER MELALUI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM, Universitas Negeri Semarang Jawa Tengah
Azizah Vivi Washilatul , 2022, POLA KERJASAMA GURU DAN ORANG TUA DALAM MEMBENTUK AL-AKHLAK AL-KARIMAH SISWA DI SDIT PERMATA UMMAT TRENGGALEK, PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Hikmatullah dan Teguh Fachmi, 2020, KETELADANAN ORANG TUA DALAM ISLAM, Geneologi PAI Vol. 07, No.2 (Juni – Desember) 2020
https://tafsirweb.com/11010-surat-at-tahrim-ayat-6.html
Jurnal Pendidikan Agama Islam
Kastolani Shoimah, 2021, Peran Anak dalam Mewujudkan Keluarga Sakinah, https://suaraaisyiyah.id/peran-anak-dalam-mewujudkan-keluarga-sakinah/
Masgono, 2010, insists.id/tujuan-pendidikan-dalam-islam/, commited to the truth
Shihab Najelaa, 2017, keluarga Kita Mencintai dengan Lebih Baik, cetakan ketiga, Penerbit Buah Hati, Tangerang Selatan
Suyanto dan Asep Jihad, Menjadi guru professional (strategi meningkatkan kualifikasi dan kualitas guru di era global), Jakarta: Erlangga Group 2013,. hal. 41
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, 16 Juli 2023
Zeni Murtafiati Mizani, 2017, Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam Islam (Tinjauan Pedagogis Komunikasi Nabi Ibrahim dengan Nabi Isma’il dalam Al-Qur’an), jurnal kependidikan dasar islam berbasis sains, vol.2 No.1, Ponorogo