Masuk Sekolah Saat Pandemi Covid-19

Oleh: Yoyok Amirudin Penulis adalah Dosen Fakultas Agama Islam  Universitas Islam Malang dan Pengurus Lembaga Pendidikan Maaarif NU Jawa Timur.

Beberapa pemimpin dunia sudah mengatakan akan hidup berdampingan dengan virus Corona. WHO pun berkata babak baru  “the new normal” akan dimulai. Indonesia pun sebentar lagi tak lepas dari kegiatan hidup new normal di tengah virus corona. Virus yang telah membunuh 325 ribu jiwa di dunia.

Corona bukan lagi musuh tapi sahabat yang harus dijauhi. Apakah menyerah? tidak. Sekali lagi tidak menyerah! Tinggal bagaimana sebuah negara harus disiplin melakukan protokol yang sudah ditetapkan pemerintah. Sekali melanggar, jangan salahkan jika temanmu bernama corona menghampirimu dan menjadi TTM (Teman Tapi Mesra) yang bisa menyebabkan demam, batuk, sesak nafas dan lain sebagainya.

New normal istilah baru di tengah kita, memaksa manusia menghadapinya. Sudah saatnya tidak harus berdiam diri di rumah, memaksa manusia beraktifitas kembali seperti sedia kala di tengah pandemi corona. Lebih-lebih sektor pendidikan. Pendidikan ujung tombak dari sebuah bangsa dalam mewujudkan masyarakat yang unggul dan memcetak SDM yang kreatif, inovatif dan berakhalaqul karimah.

Budaya salaman, berkurumun dengan jarak dekat, olahraga yang bersifat bersentuhan, tidak akan ditemui lagi di sistem pendidikan. Negara Korea Selatan adalah negara Asia yang pertama melakukan sekolah kembali setelah tiga bulan belajar di rumah.

Lihatlah, bagaimana Korea Selatan sudah memulai babak baru model pendidikan di tengah covid-19 pada hari Rabu, 20 Mei 2020. Salaman murid kepada guru dan cek suhu tubuh serta semprot hand sanitizer di Kyungbock High School kota Seoul. Meja yang berjarak, dan mejanya dibatasi dengan plastik di Gimhae High School kota Gimhae, dan begitupula proses pembelajaran dengan membatasi meja kelasnya dengan plastik di Jionmin High School di Daejeon,  Korea Selatan.

Beberapa negara lain yang sudah memulai sekolah yaitu Belanda, sekolah di Jerman, Selandia Baru, Kanada, Vicroria Australia akan buka pada tanggal 27 Mei. Israel juga akan ikut membuka sekolah di bulan ini tapi masih ada penolakan. Di Shanghai siswa sudah mulai masuk.

Potret pendidikan di Korea Selatan dan beberapa negara lainnua akan terjadi di Indonesia. Iya, segala teknis akan disiapkan guna menghadapi new normal. Hidup yang baru, hidup dengan gaya yang  sebelumnya belum pernah terjadi.

Bisa dibayangkan, bagaimana permainan anak SD nantinya, lebih-lebih anak TK. Butuh kesiapaan dan program terstruktur dan terencana. Negara tidak ingin, ketika sekolah dibuka semakin menambah kasus positif corona. Seperti yang terjadi di Perancis, setelah sekolah dibuka 70 siswa TK dan SD terjangkit virus corona. Sehingga pemerintah menutup sekolah kembali.

Kebijakan berubah di tengah covid-19 itu hal yang wajar. Namun, agar tidak menjadi bahan ejekan dan cibiran perlu disiapkan secara matang baik dari sisi positif dan negatifnya. Sehingga nantinya ketika sekolah benar-benar masuk, siswa mampu beradaptasi dengan new normal.

Tentu dalam implementasinya di sekolah nanti dibutuhkan kedisplinan yang sangat tinggi, sekali lagi kedisplinan yang sangat tinggi. Budaya mencuci tangan, sekolah menyiapkan diberbagai sudut dan temat. Budaya menjaga jarak, saat pekerjaan kelompok dikelas ataupun saat istirahat. Budaya antri yang berjarak, antri saja masih sulit apalagi berjarak. Makanya, butuh edukasi bagi guru dan pengelola sekolah nantinya.

Semua ini  akan berlaku, jika memang sekolah mulai masuk pada bulan Juli nantinya. Korea Selatan dan beberapa negara lainnya sudah memulainya, bagaimana menyiapkan SDM gurunya? Bagaimana edukasi kepada siswanya sebelum ke sekolah? Bagaimana mempersiapkan sarana dan prasarana sesuai dengan protokol? Tidak lain jawabannya belajar kesana. Ngobrol dan ngopi bersama menteri pendidikan Korea Selatan, Belanda, Denmark, Perancis dan beberapa negara yang sudah membuka sekolah kembali.

Ada yang perlu disiapkan hidup new normal dalam pendidikan. Diantaranya adalah pertama, kesiapan guru dalam merubah tradisi yang mengakar kuat. Mulai dari salaman, karena takdzimnya siswa  kepada guru, sampai-sampai tangan guru dicium. Kebiasaan-kebiasaan seperti ini nantinya akan pudar. Bukan menghilangkan, tapi karena menjauhi dari teman baru kita bernam covid-19 atau corona. Berkerumun bersama teman dan kebiasaan lainnya. Kedua, kesiapan guru dalam mengedukasi peserta didik. Tidak lantas baru pertama masuk langsung pelajaran, butuh orientasi baru ke pserta didik tentang bagaimana hidup di new normal. Terus di suarakan, di kelas, di kantin, di dinding sekolah bahkan di toilet sekalipun. Pendoktrinan hidup dengan kebiasaan baru terus dibiasakan. Dan guru adalah garda terdepan dalam menjadi panutan.

Ketiga, kesiapan sarana sekolah untuk mengantisipasi virus corona harus memadai. Siswa mulai masukbpintu gerbang sudah mengantei cek suhu badan, telapak tangan disemprot hand sanitizer, meja yang sudah terbatasi dengan plastik. Hand sanitizer dibeberapa sudut sekolah yang tanpa disentuh (model diinjak dengan kaki). Poster dan spanduk tentang budaya hidup new normal menghiasi tembok sekolah. Kelas yang awalnya diisi maksimal 40 berubah jadi 20 dengan posisi duduk berjarak.

Keempat, merubah sikap pola hidup bersih. Ini bisa dilihat dari toilet sekolah, jika toilet sekolah bersih ruangan lain dipastikan juga bersih. Walaupun tertulis an nadhofatu minal iman, namun tidak dijalankan maka penyakit akan datang.

Kelima, perubahan kurikulum dalam beberapa mata pelajaran. Tidak lagi gambar dalam buku yang bergerombol, gambar yang bersentuhan antar anak, gambar salaman antara guru dan murid. Kok sampai kesitu? Untuk merubah kebiasaan disamping dari tauladan dan arahan guru juga buku dan informasi kepada siswa dipertimbangkan.

Butuh keseriusan dan budaya baru jika benar-benar nantinya sekolah dibuka, kampus dibuka, pondok pesantren dibuka. Dengan selalu mengikuti protokol pemerintah dan mengedepankan keselamatan.

2,578 Pembaca

One thought on “Masuk Sekolah Saat Pandemi Covid-19

  1. Menurut dosen fakultas kedokteran UNAIR ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk mempersiapkan era normal baru dalam tatanan sektor pendidikan. Salah satunya adalah, melengkapi fasilitas penunjang yang ada. Dalam hal ini tentunya sekolah yang bersangkutan punya andil besar untuk mempersiapkan segala fasilitas penunjang seperti tempat cuci tangan, sterilisasi ruang kelas, serta fasilitas layanan kesehatan. Selengkapnya baca disini http://news.unair.ac.id/2020/06/23/3-hal-harus-diperhatikan-sektor-pendidikan-saat-era-normal-baru/

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *