Rejoso-Pasuruan; Dalam rangka memperingati hari lahir LP Ma’arif NU yang ke-90, Lembaga Pendidikan Ma’arif Rejoso, Pasuruan, mengadakan upacara bendera di halaman sekolah. Ada yang berbeda dalam upacara kali ini, semua warga madrasah di wajibkan memakai busana muslim dan muslimah. Siswa dan dewan guru putra memakai baju koko, berkopyah dan bersarung, yang merupakan ciri khas dari NU. Sedangkan siswi serta dewan guru putri menggunakan setelan baju muslimah ataupun gamis. Selain itu, ketika kepala madrasah yang bertindak langsung sebagai pembina upacara memasuki lapangan, diiringi oleh satu siswa dan satu siswi yang membawa bendera NU sebagai simbol kader pelajar IPNU dan IPPNU.
Tidak hanya diperingati dengan upacara, dalam harlah LP Ma’arif NU kali ini, MA Ma’arif Rejoso juga mengadakan lomba antar kelas yakni lomba al-banjari dan lomba bercerita. Masing-masing kelas mendelegasikan wakilnya untuk mengikuti lomba. Dalam lomba al-banjari, mereka wajib menyanyikan satu lagu wajib yang ditentukan panitia dan satu lagu pilihan kelompok. Lomba al-banjari ini bertujuan untuk memupuk minat dan bakat siswa dan siswi dalam melestarikan tradisi bersholawat serta prestasi.
Sedangkan dalam lomba bercerita, tema yang di ambil adalah cerita rakyat asal pasuruan. Hal ini karena pada bulan september, tepatnya sehari sebelum Harlah LP Ma’arif, juga merupakan Hari Lahir Kabupaten Pasuruan yang berusia 1090. Tujuannya selain mengasah mental siswa dan siswi percaya diri didepan umum, juga untuk mengangkat kembali cerita-cerita asli rakyat pasuruan kepada generasi hari untuk dihidupkan kembali.
Generasi yang diharapkan sebagai generasi emas selanjutnya juga mengerti cerita rakyat aseli daerahnya, ataupun kearifan local daerahnya. Di sisi lain juga akan memperkuat karakter siswa ke depan salah satunya melalui hikmah-hikmah dibalik cerita rakyat tersebut. Cerita rakyat aseli pasuruan yang dibawakan peserta seperti cerita untung soerapati, sakera, Gunung Bromo, Danau Ranu, Legenda Pemandian Banyu Biru dan banyak lagi yang lain.
LP Maarif NU merupakan kelembagaan pendidikan di Nahdlatul Ulama yang di bentuk pada muktamar ke III di Kota Semaranga, dimana tepat 19 Sepetember 1929 para masayikh mengutus tiga para pegiat pesantren untuk menginovasi pendidikan dengan membentuk Lembaga pengelola pendidikan. KH Wahid Hasyim, KH Abdullah Ubaid dan KH Mahfusz Siddiq merupakan tiga tokoh yang memprakarsai berdirinya lembaga pendidikan bernama LP Maarif NU.