Rakor UAMNU Untuk Maarif Lebih Baik dan Bermanfaat

Sunan Fanani dan KH Faqih Arifin saat mendampingi acara Rakor UAMNU 2021/2022 di gedung Badiklat Maarif NU Jatim (11/12/21)
Sunan Fanani dan KH Faqih Arifin saat mendampingi acara Rakor UAMNU 2021/2022 di gedung Badiklat Maarif NU Jatim (11/12/21)

Waru, maarifjatim.or.id ~ Sabtu (11/12/21), Pengurus Wilayah LP Maarif NU Jawa Timur menggelar Rapat Koordinasi Ujian Akhir Maarif NU (Rakor UAMNU) Tahun Pelajaran 2021-2022 di Balai Diklat Maarif bersama jajaran Pengurus Cabang Maarif se Jawa Timur.

Kegiatan yang bertajuk “Rapat Koordinasi UAMNU 2021/2022” ini, digelar di lantai II gedung balai Diklat LP Maarif Jatim yang berlokasi satu komplek dengan Universitas Sunan Giri (Unsuri) Waru, Sidoarjo.

Turut hadir dalam acara Rakor, Sunan Fanani (Sekjen Maarif Jatim), Faqih Arifin (Ketua Tim Evaluasi Maarif Jatim), jajaran pengurus wilayah serta pengurus cabang LP Maarif se-Jatim.

Sunan dalam sambutannya menjelaskan, selain sebagai ajang silaturahmi, Rakor yang merupakan agenda rutin setiap menjelang gelaran UAMNU tiap tahun ini, diharapkan nantinya antara pengurus wilayah maupun cabang bisa menyatukan visi-misi, berkoordinasi lebih baik, serta melakukan evaluasi atas penyelenggaraan UAMNU sebelumnya. Sehingga, kedepannya LP Maarif bisa mengalami perkembangan lebih baik lagi.

“Agenda pertemuan ini yang pertama merupakan ajang silaturahmi. Kedua, kita akan membahas tentang persiapan UAMNU 2021 yang akan segera dilaksanakan tahun depan. Ketiga, membahas informasi-informasi terkini terkait problem yang dihadapi oleh wilayah dan cabang yang harus segera kita komunikasikan dan koordinasikan agar ada solusi yang bisa disampaikan dan ada jalan keluarnya, sehingga perkembangan LP Maarif ke depan makin lebih baik” Tutur Sunan.

Berbagai dampak akibat pandemi covid 19 yang sudah melanda kurang lebih selama dua tahun ini, membawa perubahan besar-besaran yang berimbas ke berbagai sektor terutama dunia pendidikan, merubah semua strategi maupun kebijakan yang sebelumnya bisa dilakasanakan secara langsung atau tatap muka mau tidak mau harus dilaksanakan secara luring, semisal proses belajar mengajar di lembaga pendidikan sampai dengan koordinasi antara pengurus cabang dengan wilayah.

“Kita ketahui bahwa pandemi yang kita jalani kurang lebih dua tahun ini mengakibatkan berbagai hal aktivitas yang biasa kita laksanakan mengalami perubahan yang harus menyiapkan strategi baru di dalam mengelola LP Maarif. Kita sadari bahwa tantangan hari ini semakin hari semakin banyak dan semakin rumit dalam mengelola lembaga pendidikan. Salah satunya adalah terkait diskusi atau rapat tentang hal-hal yang bersifat strategis antara pengurus wilayah dengan cabang yang sudah dilakukan secara online, akan tetapi masih tetap diharuskan menjelaskan satu persatu secara pribadi semisal melalui whatsapp. Jadi, meskipun eranya sudah mengalami perubahan tetapi modelnya mau tidak mau tetap harus ada silaturahim atau penjelasan secara tatap muka”. Lanjut Sunan.

“Berkenaan dengan UAMNU yang akan datang, kenapa UAMNU masih diselenggarakan? Keputusan dari rapat pleno PWLP Maarif karena pertanyaan dari beberapa cabang mengenai tentang UN sudah ditiadakan apakah UAMNU masih ada? Karena UAMNU itu tidak berhubungan dangan UN dan untuk memberikan legimitasi kepada anak didik kita yang berprestasi di bidang kualitas pendidikan NU, maka UAMNU meskipun tidak ada ujian akhir di tingkatan nasional maka Maarif tetap mengadakan UAMNU. Karena output dari UAMNU itu adalah ada namanya legalitas sebagai warga NU yang terdidik, namanya Ijazah. Kerugiannya apa jika tidak ikut UAMNU? Kerugiannya tidak bisa dijelaskan secara langsung, karena identitas tentang ke-NU-an setiap hari mengalami perkembangan yang mau tidak mau kita harus menerapkan di dalam ruang lingkup Maarif NU harus ada kurikulum Aswaja Ke-NU-an, Ujian yang diselenggarakan LPMNU, dan Ijasah. Itu penting untuk bisa kita sampaikan kepada satuan pendidikan” Sambung Sunan.

Sementara itu, Cak Qih (sapaan akrab KH. Faqih Arifin) menegaskan bahwasannya UAMNU merupakan warisan dari para tokoh-tokoh pendahulu Maarif wilayah Jawa Timur yang mempunyai inisiatif dan berijtihad agar Maarif Jatim mempunyai program yang bisa bermanfaat bagi seluruh warga nahdliyin khususnya di Jawa Timur. Oleh karena itu, diharapkan semua pengurus maarif yang saat ini bisa meneruskan tongkat estafet yang sudah diperjuangkan oleh para kyai pendahulu lebih baik lagi.

“Para masyayikh kita, sekian puluh tahun yang lalu telah merintis program ujian maarif ini dan yang sampai sekarang tetap berlangsung. Beliau-beliau adalah KH Hasyim Latif, KH Imron Hamzah, KH Marzuki Hisyam, K Bukhori Susanto, K Suhaimi Syukur, K Muslich Khusnan, dan yang lain-lain. Merekalah yang dulu berijtihad untuk supaya bagaimana Maarif ini mempunyai program yang bermanfaat bagi seluruh warga Maarif di Jawa Timur. Kita yang saat ini memegang kendali Maarif di tempat masing-masing tugas kita hanya meneruskan warisan beliau yang berupa UAMNU ini” Jelas cak Qih.

381 Pembaca

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *